Hari ini, jam sembilan tadi, acara gratisan yang (lumayan) keren di mulai di Aula Timur ITB. Adalah Kompas (Media Cetak, Koran) yang berkerjasama dengan POS Indonesia dan lainnya yang mengadakan acara dengan bintang tamu keren menurutku. Dan yang paling keren dari semua hal keren di acara tersebut adalah ... Tiketnya yang gratisaaan alias acara tersebut freee ...
Salah satu hal yang ditekankah para pembicara adalah pentingnya budaya membaca. Pentingnya mengerti Literasi. Pentingnya menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia yang menurut survey menempati posisi terakhir Negara dengan minat baca terendah!
***
Out Of Topic!
Seingatku, aku suka membaca sendari SD. Sejak ku dapat buku LKS Bahasa Indonesia yang ada penggalan dongengnya. Sejak ku baca LKS Bahasa Jawa yang ada cerita menariknya, dan sejak ku baca semua tulisan di sampul belakang LKS di tas yang ada kata-kata mutiaranya. Dulu saat Zamanku, SD yang kupijaki tak memiliki perpustakaan hingga jadilah aku yang tak punya akses membaca buku cerita yang benar-benar murni buku cerita. Perpustakaan umum letaknya di pusat kota sana, sangat tak terjangkau oleh anak SD.
Ditempatku dilahirkan, meminta uang untuk membeli buku non pelajaran adalah sesuatu kemubaziran! Perlu kutekankan, Kampung halamanku jalanannya sudah beraspal, bukan kampung terpinggirkan di pedalaman. Dari pada membeli buku hanya untuk sekali di baca, lebih baik membeli sepatu untuk ke sekolah bertahun-tahun.
Memahami kenyataan tersebut, aku sempat berfikir jika rendahnya minat baca masyarakat Indonesia dikarenakan tak ada buku yang bisa dijangkau. Namun ... Ketika SMP hingga sekarang ... hal tersebut nampaknya hanya sebab kecil rendahnya minat baca.
Di SMP, kutemui perpustakaan dengan ratusan buku berwarna-warni. Yah ... aku bisa menjangkau banyak buku cerita. Perpustakaan itu terbuka, Namun, hanya sebagian kecil siswa yang berkunjung dan membaca. Nampaknya, bermain bola dan mengobrol tak jelas lebih seru untuk mereka.
Hal yang sama kutemui di SMA. Mencari teman untuk kekantin sangat lebih mudah di banding mencari teman untuk ke perpustakaan. Tak terjangkaunya buku bukan lagi alasan rendahnya minat baca.
Sampai sekarang, aku bahkan tak tahu dari mana kudapat minat bacaku. karena apa minat baca itu muncul dan menjadi bagian dari diriku. Besar di keluarga yang sama sekali tak memiliki simpanan buku, bahkan buku pelajaran di gadaikan dengan sebungkus krupuk karna memenuhi ruangan dan (dianggap) tak ada gunanya, dari mana minat baca itu bermula? Hidup dilingkungan di mana membaca bukan hal penting bin "tak ada gunanya", dari siapa aku meniru hobi membaca?
Dan mungkin, karna rendahnya minat baca di negeri ini, "kutu buku" menjadi hal yang spesial. Menjadi predikat yang jarang dimiliki orang, hingga tragisnya menjadi sesuat yang "aneh!". Aku juga kadang penasaran, kenapa kata "kutu" yang harus digunakan. Kutu ... semacam kutu rambut ... kutu kaki ... dan kutu-kutu lainnya yang menyangkut hal menjijikkan.
Salah satu negara dengan minat baca tinggi adalah Finlandia. Seingatku, aku pernah baca jika siswa Finlandia diwajibkan membaca satu atau dua buku perminggu. Mungkin karena itu minat baca masyarakat sana jadi baik bahkan masuk tiga terbaik di dunia. Seharusnya ... Indonesia meniru agar minat baca terburuknya setidaknya menjadi normal.
Aku perhatikan selama ini, anak-anak yang suka membaca setidaknya kepintarannya diatas rata-rata di kelasnya (bukan bermakut mengatakan aku pintar ya ...) mungkin itu juga yang menyebabkan Finlandia dan negara-negara lainnya yang tingkat bacanya tinggi bisa menjadi negara maju. Karena suka membaca, anak-anak sana menjadi pintar mengurus negara hingga negaranya bisa maju.
****
"LEGO ERGO SCIO" itulah tema yang diangkat pada acara pagi tadi. Artinya, Saya baca maka saya tahu. Jangan tanya dari mana bahasa Lego Ergo Scio berasal, aku juga tidak tahu.
Pembicara mengatakan, Membacalah! dengan membaca, kita bisa "menulis".
****
Out Of Topic!
Buku pelajaran, buku cerita, buku motivasi, buku tutorial, semua diisi dengan tulisan. (Yah namanya juga buku). Selama ini, kita mendapat banyak pengetahuan melalui (membaca) tulisan. Mari kita bayangkan jika didunia ini tidak ada tulisan. Karna tak ada tulisan, tak ada buku di dunia ini, Tak ada prastasti, dan tak ada gulungan-gulungan kertas sejarah. Maka, bagaimana transfer dan penyebaran ilmu, dan informasi di lakukan? bayangkan? susah bukan? bahkan laporan pekerjaan murid, mahasiswa, dan pegawai kantor sering kali berbentuk tulisan.
Nah ... Tulisan sangat penting! Tulisan yang baik menandakan keprofesionalan dan tingkat kerajinan yang baik bagi seseorang. Menulislah, dan sebarkan berjuta kebaikan melalui tulisan!
****
Di acara "LEGO ERGO SCIO" kusenyumi dan kusapa gadis belia yang tersenyum dan menyapaku. Lalu kita berbicara lancar bin akrab layaknya telah lama kenal. Dia manis, cantik, dan sendiri! Seperti aku jika beberapa temanku tak berhasil kubujuk untuk ikut, aku pun juga sendiri!
Lantas, beberapa jam seusai acara, kita berjumpa lagi. Dia tersenyum lalu bertanya, "Eh ... Nama kamu siapa ya? maaf aku lupa."
Dan akupun tersenyum lalu mengulurkan tangan, "Kenalan yuk. Namaku Nahayuka. Panggilannya Nay." aku terdiam, menunggunya menyebutkan nama.
"Ra** (Aku cuma ingat huruf depannya)"
"Ooooh ... Eh, aku juga lupa nama kamu."
"Eh kita pernah ketemu dimana sih?"
"kamu ikut acara *** bukan?"
"Enggak?"
"Terus kita pernah ketemu di mana dong?"
" .... aku lupa."
****
Out Of Topic
Andai saja ketika si gadis manis itu tersenyum dan menyapa aku diam saja karna merasa tak mengenal, maka tak akan kutahu jika nama gadis itu berawalan huruf R. Taka akan aku tahu jika gadis itu anak FSRD dan aku akan kehilangan satu orang teman!
Dan jika aku diam saja ketika gadis R itu tersenyum dan menyapa, dia pasti akan malu dan akan memalingkan muka jika bertem lagi denganku. Lantas, aku akan berdosa karna menyepelekan kebaikan orang. (Tersenyum itu ibadah lhooo, suatu kebaikan).
Aku beritahu, ada beragam reaksi keluar ketika seseorang yang tak dikenal tiba-tiba melempar senyum.
Pertama, orang itu akan balas tersenyum. Kadua, orang itu akan diam seolah tak melihat. Ketiga, orang itu akan menyernyitkan alis dan bermimik muka menyebalkan.
Selanjutnya, akan ada dua pemikiran mengenai tindakan oraang asing yang tiba-tiba melempar senyum tersebut. Pertama, akan dianggap gila. Kedua, akan dianggap orang itu orang ramah yang suka menebar senyum.
Selalu ada tindakan lanjutan untuk sebuah kejadian. Orang yang "menyebalkan" biasanya akan menceritakan pengalaman disenyumin orang sambil menertawakan dengan teman-temannya dengan mimik "melecehkan". Orang normal biasanya akan mengesampingkan kejadian tersebut. Dianggapnya kejadian itu bukan hal penting untuk di ceritakan. (Penting dari segi apanya coba?)
****
Sebenarnya banyak dari kejadian hari ini yang bisa di ceritakan. Ralat! Banyak kejadian setiap harinya yang bisa diceritakan. Seperti perkataan kakak tingkatku sekitar dua minggu lalu, "kita bisa belajar dari apa saja di sekitar kita." yah! bukan cuma hal besar yang bisa memberi pelajarn!
Bandung, 29 September 2016
Sekian dan Terima kasih
Nahayuka
Duduk sendiri di gedng CAS lantai 6. di sampingku berdiri kokoh pintu kaca dengan view kerlip malam kota Bandung.
EmoticonEmoticon