Sunday, May 29, 2016

Anak ITB Katanya Sombong-Sombong? Ya Memang Sombong!


Kalau kamu buka google searching tentang anak ITB, pasti kamu bakal nemuin setidaknya satu tulisan yang memaparkan anak ITB itu sombong-sombong, apalagi alumninya. 


ITB merupakan universitas terbaik di Indonesia tahun 2015 versi dikti dan peroleh peringkat pertama SBMPTN 2015. Artinya mahasiswa yang masuk di ITB melalui jalur SBMPTN adalah mahasiswa yang memang unggul. Kalau SNMPTN? Selain pintar juga selalu ada faktor keberuntungan di dalamnya. ITB juga merupakan juara umum Olimpiade Nasional Perguruan Tinggi 2016 ini.

Sebagai penghuni PTN terbaik di  indonesia, mahasiswa ITB sangat jarang bahkan tidak pernah dibandingkan dengan mahasiswa di PTN indonesia lain dalam hal kepintaran. Oleh Dosen-Dosennya, mahasiswa hanya dibandingkan dengan mahasiswa dari luar negeri. Di dalam ITB sendiri, perbincangan soal keunggulan mahasiswa  indonesia lain di bidang kecerdasan sangat langka terjadi. Karna mahasiswa ITB sendiri sudah sangat sering menjuarai perlombaan baik tingkat nasional maupun internasioal.

Dosen-dosen yang mengajar di ITB adalah anak Indonesia unggulan lulusan S3 luar negeri. Itu jugalah tampaknya yang menyebabkan Dosen ITB selalu membanding-bandingkan siswanya dengan mahasiswa luar. Ditambah dengan kepadatan dan kesulitan akademik di ITB sendiri yang lebih tinggi dari PTN indonesia lainnya.

Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan mahasiswa ITB tampak sombong. Mereka cenderung seakan menutup mata dengan PTN mahasiswa lainnya  di indonesia karena merasa lebih atas dari yang lainnya. Merasa jika yang lain biasa saja. Merasa tak ada yang patut di pelajari dari mahasiswa Indonesia lainnya (hanya merasa dan tak semua.)

Semua yang dipaparkan di atas hanya menurut kecerdasan saja. Tak bisa dipungkiri, mahasiswa ITB terutama oleh pihak Bimbingan Konselingnya kerap kali diingatkan soal kerjasama dan kesetian pada perusahaan tempat bekerja kelak. Mahasiswa ITB menurut data statiatik yang ada memang lemah soal hal itu. Tak heran jika pihak kampus sendiri mulai gencar menyerukan dan meluruskan kelemahan yang ada.

Baiklah ... kita ibaratkan saja ITB sebagai orang kaya. Orang yang menyadari jika si ITB adalah orang kaya, jika tak kenal baik sebelumnya sudah pasti akan memberi predikat yang tidak-tidak pada si ITB. Apa lagi jika si ITB berjalan dan bertemu dengan orang yang kurang kaya dibandingnya, lalu tak saling sapa karna memang si ITB sendiri tidak kenal orang itu, dan dia sedang terburu-buru hingga tak sempat melempar senyum. Jika si orang yang kurang kaya tadi kenal dengan si ITB, dia sudah pasti akan mengecap "ITB sombong!". Lain lagi ceritanya jika sudah saling kenal. 

Nah ... Begitupun juga yang sebenarnya terjadi. Kalau kamu punya teman di ITB, komentar kamu soal "Anak ITB Sombong" adalah, "Gak kok. Temen aku yang di ITB masih baik-baik aja. Masih sering kumpul bareng juga."

Lain lagi jika yang berkomentar adalah orang yang tak kenal dekat dengan anak ITB sendiri. Dengan sifat anak ITB yang seperti itu, Wajar jika mereka mengatakan kalau anak ITB sombong-sombong. Karna 'kelihatannya' memang benar sombong-sombong.

Bandung, 29 Mei 2016
Nahayuka

Tags

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon