Monday, May 30, 2016

Bahaya! Jangan Kuliah di ITB! Rugi Cuuuy.


Selama ini kita tahu jika orang-orang yang masuk ITB di SMAnya dulu setidaknya kepintarannya di atas rata-rata. Anak ITB dianggap pintar, spesial dari yang lainnya. Kebanyakan orang berkomentar, " wew anak ITB. Anak ITB? Weiz ... keren." dan sejenisnya. yah ... terlihat keren memang. Keren karna bisa merasakan kuliah di tempat Se-keren ITB. Sebenarnya yang keren ITBnya, bukan mahasiswanya. Yang keren adalah alumni-alumninya yang dua orang sudah jadi presiden Indonesia dan banyak lagi yang jadi pemimpin-peminpin perusahaan besar.
"Kenapa jangan masuk ITB? Kenapa masuk ITB rugi?"
Pertama, persaingan masuk ITB berat. SBMPTN ITB peringkat pertama di tahun 2015. Artinya, nilai rata-rata anak-anak yang masuk ITB lewat SBMPTN adalah yang tertinggi di banding dengan nilai anak SBMPTN yang masuk di  PTN lainnya. 

Kedua. setelah berhasil masuk ITB, kamu bakalan di gantung parah. Ini lebih menyakitkan dari di gantung pacar. Suwer deh. Tahun pertama di ITB, mahasiswanya belum punya jurusan. Statusnya belum jelas. Kalau temen atau orang lain yang belum tau soal tahun pertama di ITB tanya, 
"Kamu di ITB ambil jurusan apa?"
 Untuk menjawab pertanyaan sesimpel ini, mahasiswa tingkat pertama perlu menyusun berderet kata-kata. Bayangin aja seumpama jawabannya,
"Belum punya jurusan hehe ... masih di Fakultas, jadi di ITB taun pertama bla ... bla ... bla .. Karena ... bla ... bla ... bla ..."
 Yah ... satu taun kamu bakal di gantung. Jawabannya gak jelas. Kalau target kamu adalah jurusan favorit di Fakultas yang kamu masuki, ini akan jadi lebih berat. Persaingan di TPB sendiri ada bro.
Perlu diketahui, nggak semua orang bisa masuk jurusan impian. dan jika gagal masuk di jurusan impian gimana? lu sudah di ITB bro! mau keluar? 

Aku sering baca berita, 100 calon mahasiswa SNMPTN UGM tak mendaftar ulang. Yah ... mengampil keputusan melepas hasil SNMPTN karena salah jurusan sangat lebih mudah dari pada melepas ITB karena salah jurusan. Bayangin kamu sudah setahun berdarah-darah berjuang di ITB. Mau pindah berarti harus menyianyiakan waktu setahun belajar, memulai dari awal. (Baca juga : Demi Jurusan Favorit Bergaji Besar )

Ketiga, Belajar di ITB lebih sulit dari belajar di PTN lain. Tau kan soal ITB yang tiap taun memaksa mengundurkan diri (men-DO)  ratusan mahasiswanya? Apa mereka yang di DO itu mahasiswa-mahasiswa dodol? GAK! mereka siswa terbaik saat di SMAnya, siswa terbaik di daerahnya. Bahkan banyak cerita orang yang di DO itu, yang pindah ke perguruan tinggi lain (Kebanyakan karna IPK rendah) akhirnya IPKnya jadi di atas 3. Banyak cerita kalau orang yang di-DO akhirnya bisa sukses walau tak lanjut kuliah lagi (jadi inget pendiri Facebook dan pendiri microsoft).

Bahkan soal-soal termudah di ujian TPB ITB menjadi soal tersulit di ujian PTN lain. ini bukan bualan! So ... ini juga yang buat mahasiswa ITB begitu senstif kalau biacara soal IPK. Ini juga yang menjadikan IPK standart penerima bidikmisi ITB adalah 2,5. Tau tidak, kebanyakan Perguruan tinggi menerapkan standart IPK Bidikmisi 2, 75 dan banyak yang 3. Itu juga yang membuat terkadang para pemberi beasiswa mematok standart IPK buat anak ITB lebih rendah dari sebagian PTN lain. 

Ke-empat, walau memperoleh nilai A di ITB lebih sulit, waktu melamar kerja nanti, standarnya tetap bakal sama. persaingannya sama. Nilai bagus yang didapat dengan berdarah-darah sama artinya dengan nilai bangus pesaing yang dapat nilai bagus dengan mudah. 

Yah, di mana-mana belajar di tempat bagus pastilah lebih sulit dari pada belajar di tempat lainnya. Karena tempat itu sendiri bisa jad bagus dari hasil kerja keras penghuninya.

_Nay_



Tags

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon